Langsung ke konten utama

Dampak Buruk Handphone pada Anak yang Belum Usia Sekolah

Salam Sehat.

Artikel kali ini membahas dampak buruk handphone/ gadget bila diberikan pada anak (-anak) yang belum usia sekolah, khususnya pada balita (di bawah 5 tahun).

Perlu dipahami, anak-anak balita (usia di bawah 5 tahun) merupakan golden period atau usia emas bagi pertumbuhan seorang anak baik pertumbuhan fisik, organ-organ indera, kemampuan berbahasa, interaksi sosial dengan teman-teman seusianya.

Di usia emas ini, anak memiliki kecepatan mengagumkan dalam menyerap bahasa ibu / bahasa lokal yang diucapkan oleh orang tua dan orang-orang sekitarnya. Anak kan cenderung suka bertanya apa ini apa itu setiap saat, karena rasa ingin tahu yang tinggi terhadap semua hal yang dilihatnya dan yang dapat dijangkaunya. Anak secara psikologis akan menjelajahi - aktif berlari lari, memegang segala sesuatu yang baru dilihatnya (sehingga orang tua balita harus hati hati menyimpan benda benda berbahaya seperti obat-obatan, korek api, pisau, jarum/paku, manik-manik, stop kontak listrik, dan lain sebagainya yang potensi menimbulkan celaka bagi balita)

Anak bila bertemu dengan teman bermain sebaya dengannya akan memiliki interaksi bermain, biasanya bermain peran-peranan, memiliki imajinasi  dalam bermain seperti bermain mobil mobilan, anak akan berimajinasi seolah mobilnya berjalan, ngebut, berbelok atau menabrak, menanjak dan lain sebagainya. Dengan berimajinasi akan merangsang saraf otak aktif, mengembangkan pola pikir sederhana di usianya.

Namun semua hal tersebut akan menjadi tidak terwujud atau tidak berkembang ketika anak balita diberikan handphone / gadget, berikut beberapa dampak buruk yang mungkin dan dapat terjadi :

1. Lambat berbicara.

    Handphone/gadget merupakan sarana komunikasi / multi media 1 arah, pengguna hanya menonton/ melihat/ mendengar saja. Anak balita hanya akan cenderung diam terus menerus dengan hanya menonton dan mendengar saja, sehingga latihan motorik berbicara menjadi tidak terlatih, perbendaharaan kata pun menjadi tidak bertambah, karena apa yang didengar/ dilihatnya bukan materi komunikasi kehidupan sehari harinya (seperti mama aku lapar, papa bawa apaan, itu apaan, sakit perut, mana mainan saya, dan lain sebagainya)

2. Malas bergerak dan egois

    Keasyikan seorang anak balita yang menonton/ bermain handphone/gadget menimbulkan dampak buruk di mana anak balita jadi malas bermain, malas bergerak, sehingga cenderung tidak sedikit anak balita memiliki masalah berat badan / obesitas. Anak menjadi tidak penurut, mengabaikan apa yang diperintahkan/ disuruh oleh orang tua, ini secara psikologis anak menjadi cenderung egois, tidak peduli dengan lingkungan sekitar.

3. Gangguan sampai kerusakan pada mata.

    Handphone/gadget adalah benda yang mampu menghasilkan dan memancarkan cahaya sendiri, apabila digunakan terus menerus sampai berjam-jam akan menyebabkan mata menjadi lelah, namun si anak balita tidak mengetahui / tidak memahami rasa lelah yang dirasakan itu adalah tanda tubuh sudah menjadi kelelahan karena menonton terus menerus. Sehingga tidak sedikit anak balita ketika usia bertambah dan masuk dalam usia sekolah tidak dapat melihat dengan jelas tulisan yang ditulis oleh guru di papan tulis, sehingga baru terdeteksi bahwa memerlukan penggunaan kaca mata. Gejala umum yang terjadi juga adalah mata sering berair, anak sering rewel karena nyeri pada sekitar mata karena otot motorik mata menjadi tegang karena dipaksa melihat terus menerus tiada henti.

4.Emosi labil

    Selain anak menjadi egois dan tidak peduli dengan lingkungannya, anak akan menjadi rewel bahkan uring-uringan sampai mengamuk tatkala handphone/gadget nya diambil/ rusak, kuota habis atau lainnya. Perlu para orang tua anak balita pahami, bahwa anak menjadi menangis tatkala ingin meminta sesuatu tidak dikabulkan/ tidak diberikan, itu adalah senjata si anak untuk meluruhkan hati orang tua untuk meluluskan keinginan si anak. Pada anak balita yang sudah terbiasa/ kecanduan bermain handphone/gadget ketika diambil atau disita, akan menjadi uring-uringan/ rewel seharian, dan ini bisa terjadi beberapa hari ke depan.


Solusi yang ada diperlukan dukungan, komitmen dan kesepakatan dengan para orang tua yang ada di dalam rumah seperti ayah, ibu, /  kakek, nenek dan / om tantenya, untuk tidak memberikan lagi handphone/gadget kepada balitanya, walau metode alami balita dengan merengek sampai menangis apabila apa yang dimintanya tidak diberikan. Sehingga para orang dewasa, siapapun itu, harus tegas dan tega tidak memberikan karena dengan tujuan demi kebaikan si balita untuk kembali bermain dengan teman sebayanya, berlari-lari, menggerakan motoriknya tangan dan kaki, mengeksplorasi lingkungan rumah maupun sekitarnya, bermain peran peranan yang merangsang imajinasi, membiarkan anak saling berceloteh saling mengatur apa yang diinginkan dengan teman bermainnya, terjalinnya komunikasi dan pertambahan kosa kata dalam kemampuan berbicaranya.

Berikan anak balita anda kesibukan, bisa dengan melibatkan dalam mengurus rumah sehari-hari, mulai dari merapikan mainannya setelah dimainkan, membantu merapikan sendal yang digunakan, melakukan sikat gigi secara teratur, mandi secara mandiri misalnya, belajar menggunakan pakaian yang sederhana, kita sebagai orang tua akan menikmati masa masa indah melihat tumbuh kembang buah hati balita dari hari ke hari.


"Anak Sehat - Orang Tua Bahagia"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ALUR Pelayanan Pasien, JADWAL Pelayanan, Persetujuan General Consent, Daftar Tarif Pelayanan & Berbagai Informasi lainnya di Puskesmas Rawa Tembaga

Salam Sehat. Selamat Datang di UPTD Puskesmas Rawa Tembaga. Bagi Anda yang baru pertama kali datang ke UPTD Puskesmas Rawa Tembaga, berikut terlampir di bawah ini Alur Pelayanan Pasien (gimana dan mesti kemana daftar dan seterusnya), SILAKAN SCROLL terus ke bawah - tersedia Informasi Jadwal Pelayanan, Tarif Pelayanan yang tidak tercover KIS, Video simulasi, Surat Persetujuan Umum (General Consent), Rujukan Rumah Sakit untuk berobat, Rujukan Rumah Sakit untuk situasi darurat, dan tersedia berbagai link informasi seperti Denah Ruang Pelayanan, Denah Alur Evakuasi Bencana, dan banyak lagi.  Berikut ALUR PELAYANAN PASIEN di Puskesmas Rawa Tembaga.      ALUR PENDAFTARAN   BERIKUT VIDEO SIMULASI Alur Pelayanan Pendaftaran Pasien - Silakan simak videonya, semoga membantu Anda. Semua pasien atau pengunjung yang ingin mengakses pelayanan, WAJIB melakukan pendaftaran !! Termasuk berobat, kontrol hasil laboratorium, ambil obat TBC, Konseling/ konsultasi saja, KB, KIA, Imunisasi, Calon Jamaah Haj

Mengenal seputar Puskesmas Rawa Tembaga & Bagan Alur Pelayanan Pasien

Puskesmas Rawa Tembaga (seterusnya disebut "PKM RATEM") merupakan Unit Layanan Teknis Daerah bidang kesehatan yang membina, melayani dan memonitoring wilayah Kelurahan Jaka Sampurna, Kecamatan Bekasi Barat. Memang secara fisik gedung ini berdiri dan berlokasi di wilayah Kelurahan Kayu Ringin, Kecamatan Bekasi Selatan. PKM RATEM saat artikel ini diposting memiliki sumber daya manusia terdiri dari : 2 orang Dokter Umum, 2 orang Dokter Gigi, 6 orang Bidan, 3 perawat umum, 1 perawat gigi, 1 orang ahli Gizi, 2 orang analis, 2 orang IT, 1 apoteker, 13 orang bagian non medis. Dengan jumlah ketenagaan yang demikian dibandingkan dengan jumlah penduduk Kelurahan Jaka Sampurna yang sudah mencapai lebih dari 72.000 jiwa, belum mencapai kesesuaian rasio antara dokter umum dan masyarakat.  Namun PKM RATEM tetap selalu berusaha memberikan layanan yang terbaik sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang ditetapkan. Layanan setiap hari dibuka dengan JADWAL BUKA PENDAFTARAN sebagai berikut : Se

CATIN Wajib Tes HIV

Salam Sehat.      Seiring mulai meningkatnya kasus penularan HIV ( Human Immunodeficiency Virus ) di kalangan ibu rumah tangga. Pemerintah menitikberatkan deteksi dini resiko penyakit-penyakit menular dan beresiko kematian atau kecacatan pada ibu hamil.       Adapun bertahun-tahun sebelumnya, penularan HIV hanya berputar di sekitar pengguna jarum suntik steril, wanita penjaja seks, hubungan seks yang berganti pasangan, dan gay.       Namun terjadi pergeseran penularan di luar kategori yang disebutkan di atas, ke kaum ibu rumah tangga, yang notabene tidak memiliki resiko tinggi tertular penyakit HIV maupun penyakit Infeksi Menular Seksual, jadi dimungkinkan tertular dari suami yang melakukan hubungan seksualnya dengan yang bukan isterinya. Yang pada akhirnya, ketika ibu rumah tangga hamil, maka calon bayi yang dikandungnya memiliki resiko tinggi tertular, apalagi tidak dilakukan skrining pada waktu pemeriksaan kehamilan.      Mengetahui potensi resiko penularan ini, maka Kementerian Kes