Batuk merupakan penyakit yang umum ditemui di mana saja dan dapat diderita oleh siapa saja tidak mengenal jenis kelamin, status kekayaan, latar pendidikan atau lainnya.
Batuk pada esensinya merupakan refleks tubuh dalam upaya melindungi tubuh dari benda asing/ debu atau lainnya yang masuk ke dalam saluran pernafasan dan refleks batuk mendorong keluar semuanya itu melalui mulut dan berbentuk droplet / percikan cairan, dan terjadi sesekali.
Namun batuk menjadi masalah ketika terjadi terus menerus sampai berhari-hari bahkan sampai berbulan-bulan.
Di kalangan masyarakat awam, batuk dibagi dalam 2 kategori :
a. B atuk kering : tidak ada reak/dahak/sputum
b. Batuk basah : ada reak/ dahak/ sputum. Secara medis dapat diidentifikasi bahwa bila reak/ dahaknya berwarna kekuningan atau kehijauan tanda terjadinya proses infeksi, sehingga pengobatannya pun pemberian obat antibiotik menjadi pertimbangan.
Dokter Puskesmas Rawa Tembaga selalu berupaya memberikan layanan yang terbaik bagi pasien, dan diharapkan juga kepatuhan dan kedisiplinan pasien untuk minum obat secara teratur dan sesuai dosis yang direkomendasikan. Dokter PKM RATEM biasanya tidak langsung memberikan obat antibiotik pada pasien yang baru pertama kali datang berobat ke puskesmas tanpa memandang lamanya sakit yang dideritanya.
Terapi yang diberikan adalah obat sesuai dengan gejala yang dialami pasien. Sebab secara empiris (berdasarkan pengalaman klinis), tidak sedikit dijumpai batuk yang dikarenakan reaksi alergi/ batuk spontan yang bisa berhenti setelah diberi obat anti histamin yang sifatnya meredakan efek gatal pada batang tenggorokan.
Dan kombinasi obat anti ekspektoransia (pengencer dahak), untuk merangsang mengeluarkan reak/dahak yang menjadi pemicu refleks batuk terus-menerus.
Untuk batuk basah yang secara medis disebut batuk produktif, dokter/petugas di unit layanan akan memberikan pengantar untuk pemeriksaan SPS BTA (sampel dahak 2 waktu) untuk diperiksa apakah ada kuman bakteri Micobacterium tuberculosis di dalam dahak.
Secara ilustrasi, pemeriksaan dahak ini bagai kita menuduh seseorang mencopet dompet kita, maka kita harus memeriksa tubuhnya apakah ditemukan dompet kita. Demikian juga kami secara medis ketika hendak memvonis seseoramg sakit TBC atau tidak.
Jadi, pemeriksaan foto Rontgen dada merupakan pemeriksaan di nomor urut belakang, karena bagaimanapun juga perlu Anda ketahui bahwa foto Rontgen dada itu menggunakan sinar radiasi yang memang relatif aman dosisnya, namun radiasinya tersimpan di tubuh kita.
Puskesmas memiliki obat-obat paket untuk pasien TBC (Tuberkulosis), menerapkan STRATEGI DOTS yang sudah baku dan diterapkan puluhan tahun lalu, tidak lama setelah Indonesia merdeka.
Jadi tahapan-tahapan dari batuk biasa sampai divonis sakit TBC pun, memerlukan proses dan kesabaran pasien untuk rajin minum obat teratur dan kontrol.
Puskesmas memiliki tanggungjawab untuk tidak merujuk pasien batuk apalagi yang sakit TBC, KECUALI sakit Asma berat, sakit PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis), Penyakit TBC dengan komplikasi seperti Efusi pleura (ada cairan mengendap di paru-paru), Sesak nafas progresif (suspek pneumonia e.c susp Covid 19).
Paket Obat TBC dikenal dengan istilah obat FDC, paket ini diberikan gratis sampai pasien dinyatakan sembuh.
Sebagai informasi, bagi pasien TBC yang sempat diobati/ sudah berobat di Rumah Sakit/ dokter Spesialis Paru dan ingin pindah berobat di puskesmas, wajib memperlihatkan Surat Formulir TB 09 (bagi RS yang sudah menerapkan Strategi DOTS - RSCAM) atau Surat Keterangan dari dokter Spesialis yang berisi catatan diagnosa penyakit, nama-nama obat dan dosis yang diberikan selama 6 bulan atau lebih serta melampirkan hasil tes reak/dahak/sputum laboratorium yang menyatakan positif BTA (Bakteri Tahan Asam) dan terakhir tapi paling penting adalah sesuai dengan domisili dengan wilayah kerja PKM RATEM yaitu tinggal di wilayah Kelurahan Jaka Sampurna.
Layanan untuk pengelola Program TBC setiap hari Senin dan Rabu, karena hari-hari lainnya bertugas ke RW untuk layanan posyandu untuk balita dan KIA/ posbindu untuk lansia.
Pasien dengan gejala batuk maupun sakit TBC tidak diperkenankan untuk memasuki ke dalam gedung PKM RATEM, karena untuk mengurangi resiko paparan droplet yang dapat mencemari udara lingkungan dalam gedung yang tidak memiliki sistem ventilasi udara negatif atau tidak memiliki alat penyaring udara HEPA Filter, sebab salah satu gejala yang umum ditemui pada pasien Covid adalah Demam di atas 38 derajat Celsius dan batuk berdahak sampai sesak nafas. Dan sampai layanan pemberian obatpun akan dilayani langsung oleh petugas Farmasi atau pengelola program TBC PKM RATEM.
Anda Aman, Kami Aman, kita semua Aman dan Nyaman!!!
Komentar
Posting Komentar
Kami sangat menghargai setiap kritik dan saran yang membangun dan mendorong kami melakukan perbaikan/perubahan sesuai ketentuan yang berlaku. Terima kasih